Cinta Itu Tanpa Jika
Oleh: Jamil Azzaini
Inspirator Sukses Mulia
Banyak orang, boleh jadi termasuk saya, merasa ia sangat mencintai pasangan hidup, anak, orang tua, sahabat dan orang lain. Padahal hakikatnya bukan cinta yang tulus tetapi ego pribadi (ingin memuaskan diri) yang lebih dominan.
Apa bukti bahwa cinta kita belum tulus? Saat kita masih berpikir “jika” yang disertai kepentingan pribadi. Saya mencintaimu “jika” kamu perhatian kepadaku. Saya mencintaimu “jika” kamu mengikuti perintahku. Saya mencintaimu, jika…jika…jika yang lain.
Ya, cinta yang tulus itu tidak disertai jika. Cinta yang tulus itu disertai rasa syukur (gratitude), keberlimpahan (abundance) dan menerima secara utuh (acceptance) orang yang kita cintai.
Syukuri semua kebaikan, hal-hal positif yang sudah diberikan orang yang kita cintai. Betapa banyak yang kita peroleh. Betapa melimpah apa yang kita dapatkan. Syukuri semua hal yang tampak maupun yang tidak tampak. Akan lebih baik bila kita tulis semua kebaikan dan hal-hal baik yang sudah kita dapatkan dari orang yang kita cintai.
Keberlimpahan kebaikan selalu ada dalam diri manusia. Banyak kebaikan yang bisa kita lakukan bersama dengan orang yang kita cintai. Memadukan dan mensinergikan sumber daya yang kita punya dengan milik orang yang kita cintai bisa menghasilkan sesuatu yang berarti di bumi, membuat hidup semakin punya arti dan punya bekal untuk mati. Merasa memiliki banyak keberlimpahan akan meningkatkan rasa cinta dan perasaan bahagia.
Namun demikian, tidak ada manusia yang sempurna, tidak ada manusia yang bisa memenuhi semua harapan kita. Untuk itu, acceptance, menjadi penting saat kita ingin mencintai dengan tulus orang yang kita cintai. Tidak perlu menuntut kesempurnaan karena kita pun tidak sempurna.
Semoga setelah menulis ini, saya tidak lagi menggunakan kata “jika” untuk mencintai orang-orang yang saya cintai. Bagi Anda, pembaca, semoga berkomitmen yang sama seperti saya Yes, I Love You, tanpa “Jika”…
Salam SuksesMulia